MAKANAN HALAL- SATU ASET PERBEZAAN ZAMAN KINI

16:30 Raf 0 Comments

Salam dari Rafieq, pada hari ini tajuknya MAKANAN HALAL- SATU ASET PERBEZAAN ZAMAN KINI

Tadi masa Fieq dan kawan2 tengah layan nak chat pasal UPU.. tiba-tiba ada jumpa satu gambar dalam group kami di SPM 2011.

Sketsa komikal dari saudara 
Shababullah محمد فطرى ini membuktikan bahawa umat Islam dinihari bukanlah tidak berilmu apabila banyak melakukan maksiat dalam kehidupan. Hal iin jelas kerana  mereka masih sedar betapa pentingnya dalam memilih pemakanan yang sihat dan halal . Mereka tahu mereka banyak melakukan dosa lain dengan sengaja walaupun sudah tahu akibatnya. Akan tetapi boleh pembaca berkongsi bersama Fieq kenapa mereka amat PANTANG soal makanan halal walaupun seringkali melakukan perkara haram.??




Masyarakat kini........
 ·  ·  · Share · November 16, 2011



MAKANAN HALAL- SATU ASET PERBEZAAN ZAMAN KINI 


Pada hari ini, selalu sahaja Fieq dengar tentang kisah orang bukan muslim atau muallaf yang bertanya  kenapa ramai orang Islam minum arak?? kenapa ramai tak tutup aurat? tuhan tak marah ke? Kadang kala Fieq turut berasa terharu pabila mendengar orang bukan islam minat untuk belajar tulisan al-quran dan meniru bacaan surah-surah tertentu.


Fieq pernah bergaul dengan ramai orang.. Dan rasa hampa juga bila dengar mereka cakap




Memang betul kalau kita makan makanan yang bersumberkan kegiatan haram hukumnya adalah haram.. Tetapi walaupun kita gunakan duit curian itu untuk membeli sepatu yang yang boleh ditanggalkan pada bila-bila masa, hal ini tetap tak dapat nak mengHALALkan perlakuan MENCURI itu... Dan jelas itu masih dikira haram dan akan diazab di akhirat kelak.


Kenapa hal ini berlaku pada umat Islam itu sendiri? Adakah kita masih kurang faham akan islam?? Atau sistem pengajian Islam di Malaysia sudah merosot??Atau semua pensyarah dan ustaz lansung tidak berkelayakan dalam agama??
Hadits Terasing
 Jawapannya adalah kerana kita Localise Islamic! Kita terlalu arif dalam ISLAM.. Sehingga sombong dan takhbur kerana sudah dilahirkan dalam Islam. Kita juga selalu alpa dengan prejudis terhadap bangsa yang tidak ditakdirkan untuk mendapat ISLAM sejak lahir..
Kita tahu yang ALLAH MAHA PENYAYANG dan jangan salahkan Fieq kalau Fieq kata ada manusia yang kata ALLAH SAYANG AKAN SEMUA HAMBANYA DAN TIDAK KISAH SAMA ADA HAMBANYA JAHAT DI DUNIA .. SEMUA AKAN KE SYURGA..
Kita tahu yang kita boleh bertaubat..taubat...taubat.. Jadi apa gunanya kita sebagai orang Islam kalau kita beramal untuk taubat bukannya untuk ALLAH??



Hadits Larangan Bid'ah

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjadikan dunia ini sebagai tempat tinggal dan sekaligus untuk mendapatkan mata pencarian. Dia ciptakan siang untuk mencari penghidupan dan malam untuk istirahat dan beribadah kepadaNya”Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan.” (QS An-Naba’: 10-11).

Rasulullah  juga memerintahkan kepada kita untuk bekerja: “Tidaklah sekali-kali seseorang makan suatu makanan yang lebih baik daripada makan dari hasil kerja tangannya sendiri, dan sesungguhnya Nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri.” (HR. Al-Bukhari).

Islam juga memerintahkan agar di dalam mencari rezeki itu dengan cara yang baik dan halal. Allah berfirman, ertinya: “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah jika benar-benar hanya kepadaNya kamu menyembah.” (QS Al-Baqarah: 172). Dalam ayat lain, artinya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah syaitan, kerana musuh yang nyata bagimu.” (QS Al-Baqarah: 168).

Mutiara Hikmah 
Al-Hafidz Ibnu Mardawih meriwayatkan sebuah hadits dari Ibnu Abbas bahwa ketika dia (Ibnu Abbas) membaca ayat:
berdirilah Sa’ad bin Abi Waqash kemudian berkata: “Ya Rasulullah, doakan kepada Allah agar aku senantiasa menjadi orang yang dikabulkan do’anya oleh Allah.” Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Wahai Sa’ad perbaikilah makananmu (makanlah makanan yang halal) niscaya engkau akan menjadi orang yang selalu dikabulkan do’anya. Dan demi jiwaku yang ada di tanganNya, sungguh jika ada seseorang yang memasukkan makanan haram ke dalam perutnya, maka tidak akan diterima amal-amalnya selama 40 hari, dan seorang hamba yang dagingnya tumbuh dari hasil menipu dan riba maka neraka lebih layak baginya (HR. At-Thabrani) (Lihat Ad-durar Al-Mantsur fi Tafsir bil Ma’tsur Juz: II hal. 403).

Dari hadits di atas dapat kita ambil kesimpulan:
1. Perintah dari Allah agar memakan makanan yang halal.
2. Makanan yang halal merupakan sebab terkabulnya do’a.
3. Salah satu dampak dari memakan yang haram adalah tidak diterimanya amalan kita.

Perintah Memakan Yang Halal

Tentang perintah untuk mencari yang halal dan memakan yang halal, Allah Subhanahu wa Ta’ala juga telah memerintahkan kepada para RasulNya dengan firmanNya, yang artinya: “Wahai para rasul, makanlah dari makanan yangbaik-baik dan kerjakanlah amal shaleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Mukminun: 51).

Maksud makan yang baik di sini adalah yang halal. Yang demikian itu diperintahkan terlebih dahulu sebelum mengerjakan amal shaleh, karena dengan memakan yang halal akan membantu untuk melaksanakan amal shaleh.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang larangan mendapatkan harta dengan cara yang haram, artinya: “Dan janganlah sebagian kalian memakan harta sebagian yang lain di antara kalian dengan cara yang batil.” (QS Al-Baqarah: 188).

Sebab Tidak Terkabulnya Do’a

Sesungguhnya manhaj Islam dalam hal makanan adalah sebagaimana manhaj Islam dalam masalah yang lainnya untuk menjaga akal, jiwa dan raga. Diperbolehkannya makanan yang halal adalah karena bermanfaat bagi badan dan akal. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada para hambaNya agar meninggalkan makanan yang kotor dan haram karena akan berpengaruh negatif terhadap hati, akhlaq dan menghalangi hubungan dirinya dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala , serta menyebabkan tidak terkabulnya do’a.

Dalam sebuah hadits disebutkan: Abu Hurairah berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu baik, dan tidak menerima sesuatu kecuali yang baik.” Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang beriman, seperti Dia perintahkan kepada para rasulNya dengan firmanNya, yang artinya:
“Wahai para Rasul, makanlah kalian dari makanan yang baik-baik dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang kalian kerjakan”. Dan firmanNya: “Wahai orang-orang yang beriman, makanlah kalian dari makanan yang baik-baik, dan bersyukurlah kamu kepada Allah, jika benar-benar hanya kepadaNya kamu menyembah.”
Kemudian Rasulullah menyebutkan seorang laki-laki yang menempuh perjalanan jauh, rambutnya kusut lagi berdebu. Orang tersebut menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berdo’a: “Ya Tuhanku .. Ya Tuhanku ..” Sedangkan makanannya haram, minumannya haram, dan baju yang dipakainya dari hasil yang haram. Maka bagaimana mungkin do’anya akan dikabulkan?” (HR. Muslim, shahih).

Hadits di atas menerangkan bahwa makanan yang haram merupakan sebab tidak terkabulnya do’a.
   
Pengaruh Makanan Haram

Hendaknya kita bertaqwa kepada Allah dengan cara memakan makanan yang halal dan menjauhi makanan yang haram. Karena makanan yang baik itu mempunyai pengaruh yang besar bagi manusia, terhadap akhlaqnya, kehidupan hatinya dan jernihnya pandangan serta diterimanya amal-amal kita. Sedangkan makanan yang haram mempunyai dampak buruk bagi manusia, yang kalaulah dampak itu hanyalah tidak dikabulkannya do’apun niscaya hal itu merupakan kerugian yang besar. Karena seorang hamba tidak lepas dari kebutuhan berdo’a kepada Allah.

Di samping itu masih ada dampak lain dari memakan yang haram, yaitu tidak diterimanya amal-amal yang telah kita laksanakan.
Dalam sebuah hadits disebutkan:
Dari Abu Hurairah radhiyallah ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa memperoleh harta dengan cara yang haram, kemudian ia shadaqahkan, maka tidak akan mendatangkan pahala, dan dosanya ditimpakan kepadanya.” (HR. Ibnu Hibban dalam Kitab Shahihnya dengan sanad hasan).

Ibnu Umar radhiyallah ‘anhu berkata: “Barangsiapa membeli baju dengan sepuluh ribu dirham, namun dari sepuluh ribu dirham tersebut ada satu dirham yang haram, maka Allah tidak menerima amalnya selama baju itu masih menempel di tubuhnya.”

Ibnu Abbas radhiyallah ‘anhu berkata: “Allah tidak menerima shalat seseorang yang di dalam perutnya ada sedikit makanan haram.”

Para salafus shalih sangat berhati-hati sekali terhadap apa-apa yang akan masuk ke dalam mulut dan perut mereka. Mereka amat bersikap wara’ di dalam menjauhi hal-hal yang syubhat apalagi yang haram.

Dalam kitab shahih Al-Bukhari disebutkan, ‘Aisyah radhiyallah ‘anha menceritakan bahwa Abu Bakar mempunyai pembantu yang selalu menyediakan makanan untuknya. Suatu kali pembantu tersebut membawa makanan maka iapun memakannya. Setelah tahu bahwa makanan tersebut didapatkan dengan cara yang haram, maka dengan serta merta ia masukkan jari tangannya ke kerongkongan, kemudian ia muntahkan kembali makanan yang baru saja masuk ke dalam perutnya.

Imam An-Nawawi ketika hidup di negeri Syam, ia tidak mau memakan buah-buahan di negeri tersebut. Tatkala orang menanyakan tentang sebabnya, maka ia menjawab: Di sana ada kebun-kebun wakaf yang telah hilang, maka saya khawatir memakan buah-buahan dari kebun tersebut.

Makanan haram bisa disebabkan memang zatnya yang haram, seperti: bangkai, daging babi, darah dan sebagainya. Atau karena haram cara mendapatkannya, seperti dengan cara mencuri, riba, curang dalam jual beli, rasuah, suap dan lain2.  Seolah-olah hal ini sudah merupakan masalah yang biasa. Segala  cara akan digunakan manusia dalam rangka untuk mendapatkan harta yang sebanyak-banyaknya.

Rasulullah telah bersabda: “Akan datang suatu zaman, sese-orang tidak akan peduli terhadap apa yang ia ambil, apakah itu halal atau haram.” (HR. Bukhari).

Padahal harta yang haram itu selain berdampak tidak terkabulnya do’a dan ditolaknya amal, ia juga merupakan sebab mendapatkan azab Allah di akhirat nanti. Dalam sebuah hadits shahih disebutkan bahwa tidak bergerak dua telapak kaki anak cucu Adam di hari kiamat nanti sampai ditanya (salah satunya) tentang hartanya darimana ia dapatkan dan ke mana ia belanjakan. (untuk matan lengkapnya lihat Sunan At-Tirmidzi, hadits no.2417).

Maka hendaknya kita bermuhasabah, introspeksi diri. Berapa banyak do’a yang telah kita panjatkan kepada Allah, berapa banyak istighotsah digelar dalam rangka mengatasi berbagai krisis yang mendera bangsa kita, dan pelbagai bencana yang menimpa dunia masakini. Bencana demi bencana tetap melanda, berbagai krisis tidak teratasi dan berbagai kesulitan tak kunjung usia. Mungkinkah ini kerana kita sudah terbiasa mendapatkan harta dengan cara yang haram? Sehingga Allah tidak mengabulkan doa-doa kita? Wallahu A’lam bish Shawab. (Qodri Fathurrohman)


TERIMA KASIH kepada individu yang membantu :). * Perkara diatas berdasarkan maklumat dari pemerhatian, bacaan dan analisa sendiri penulis yang tidak terlalu matang yang masih berusia 18 tahun. Sila tegur abdullah yang lemah ini... ^^

http://ibnujafar86.wordpress.com/2009/07/10/akibat-memakan-makanan-yang-haram/

Shababullah محمد فطرى

0 ulasan: